Tips Berkata Bijak

16.6.08

Mulailah dengan Perencanaan dan Target

NONA Bunga (31 tahun/bukan nama sebenarnya-red.) adalah seorang wakil manajer sebuah perusahaan swasta terkemuka di Kota Bandung. Satu pekan yang silam, dia ikut acara outbound yang substansinya bernuansa latihan di bidang manajemen. Ya, termasuk manajemen kepemimpinan, selain pula manajemen spesialisasi perusahaannya.


"Salah satu sesi dalam outbound itu adalah hidup sendirian alias solo bivak atau solo camp di tengah hutan. Waktu itu, saya disuruh membuat surat yang kelak ditujukan ke diri pribadi saya sendiri. Ya, yang mengirim surat itu nantinya adalah panitia outbound," tutur Nona Bunga kepada temannya.


Apa isi surat itu?


"Aku disuruh mengisi tentang rencana tiga bulan ke depan. Apa saja yang akan aku jalani. Program pribadi, keluarga, kantor, dan lingkungan. Bahkan boleh juga progam untuk bangsa dan negara. Jadinya, di malam yang sunyi-sepi karena tidak ada siapa-siapa di dalam tenda, selain suara burung hutan dan dedaunan yang bergerak-gerak, aku mengisi program tiga bulan itu," ujar Nona Bunga.


Diceritakannya, pada tiga bulan ke depan akan dijalani program jangka pendek dan jangka panjang. Yang "jangka pendek", katanya, itu ingin berpacaran serius, lalu menikah. Selain itu, juga ingin punya hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti rumah pribadi, kendaraan pribadi, komputer pribadi, motor pribadi, tabungan pribadi untuk keluarga dan persiapan ibadah haji, perpustakaan pribadi dan keluarga, musala keluarga, dan sejenisnya.


Adapun "jangka panjang", programnya setelah menikah ingin hamil, lalu berharap bisa menyelesaikan kuliah di S-2-nya, serta menjadi manajer sebagai upaya belajar untuk kelak menjadi pemilik perusahaan pribadi.


"Bagaimana kalau target tiga bulan itu tidak tercapai? Misalnya, keinginan punya perusahaan pribadi," tanya teman sekostnya.


"Nggak apa-apa, begitu kata fasilitator dalam acara outbound. Yang penting, dalam menjalani kehidupan pada tahun 2004 ini punya konsep atau rencana hidup yang jelas terprogram. Jadi, tidak asal menjalani kehidupan saja. Dengan adanya rencana yang baik, itu berarti sudah menjalani setengah kesuksesan. Sebaliknya, tidak punya rencana itu berarti menapaki setengah kegagalan," tutur Nona Bunga dengan gaya bicara mirip fasilitator outbound-nya.


"Lalu, bagaimana dengan rencana perubahan hidup ke arah yang lebih berkualitas pada tahun 2004," tanya temannya.


"Fasilitator outbound saya bilang, perubahan hidup ke arah yang lebih baik itu mesti dimulai dengan perencanaan program yang jelas. Tentunya pula dengan mempertimbangkan potensi, bakat, dan minat yang ada pada diri kita, serta sarana penunjang yang dimungkinkan untuk didayagunakan secara optimal," ujar Nona Bunga.


"Bagaimana dengan ikhtiar perubahan itu sendiri? Batasannya apa?" "Pertanyaan itu, juga sempat ditanyakan oleh teman saya. Fasilitator outbound waktu itu mengutip pendapat Aa Gym (K.H. Abdullah Gymnastiar-red.) bahwa perubahan untuk diri pribadi, keluarga, atau masyarakat maupun bangsa dan negara pada era tahun 2004 ini hendaknya memakai rumusan '3-M', yakni mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal-hal yang kecil, dan mulailah perubahan itu sejak saat ini. Jadi, maksudnya kalau kita ingin mengubah diri ke arah kemajuan, jangan menunggu orang lain berubah. Lakukan saja pada diri sendiri terlebih dulu, nanti orang lain akan mengikuti. Lalu, mulailah perubahan itu dari hal-hal kecil seperti kedisiplinan waktu atau kebersihan rumah dan lainnya. Juga, untuk memulai perubahan, jangan menunggu waktu, tapi mulai saja dari sekarang," ungkap Nona Bunga.


* *


PERIHAL cerita yang diungkapkan Nona Bunga itu bisa jadi juga dialami oleh diri kita, teman kita, mitra kita satu perusahaan, anggota atau kerabat keluarga kita, atau mungkin juga sama sekali tidak pernah teralami atau tidak pernah diketahui oleh diri kita.


Terlepas dari berbagai kemungkinan itu, yang jelas menapaki tahun 2004 merupakan bagian dari perilaku hidup yang tak terhindarkan. Kenapa? Alasannya, tahun 2003 sudah berakhir. Tahun lalu adalah kenangan bagi kehidupan kita di masa kini, yakni tahun 2004. Ya, pada saat kita membaca lembaran "Hikmah" ini, berarti kita sudah memasuki hari kedua tahun baru tersebut (2/1).


Dalam konteks ini, sejarawan Muslim, Ahmad Mansur Suryanegara mengatakan setiap manusia sejatinya adalah mampu melakukan evaluasi masa silam kehidupannya. Untuk apa? Tidak lain untuk mengetahui apa saja kelemahan, kekurangan, dan kelebihan serta peluang yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan hidupnya di masa mendatang.


"Sejarah itu penting. Masa silam adalah guru bagi kehidupan di masa kini dan mendatang. Dengan menengok pada fakta historis, kita bisa menghindari berbagai peristiwa perulangan yang negatif bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Kita tidak diperkenankan mengulangi peristiwa sejarah yang buruk. Kita mesti maju, menapaki kehidupan di masa kini dengan tidak melepaskan hasil evaluasi terhadap sejarah kita di masa silam. Dengan begitu, semoga kita meraih kehidupan masa mendatang yang jauh lebih berkualitas daripada masa lalu dan masa kini," tutur Ahmad Mansur.


**


BAGAIMANAPUN sebuah perencanaan akan lebih baik ketimbang hidup tanpa rencana atau target sama sekali. Pengalaman Amani Lopas, mantan guru tata buku dan accounting di tahun '70-an, memperlihatkan paling tidak perencanaan keuangan sangat membantunya hingga ia bisa mendapat gelar doktor setelah sekolah di negeri Paman Sam.


"Awalnya, kurang lebih 27 tahun yang lalu saat saya baru saja beberapa tahun bekerja sebagai assistant financial manager dan sebagai guru pegawai negeri pada sore harinya, iseng-iseng pada waktu senggang di kantor atau saat mengadakan kunjungan internal audit ke daerah seperti Lampung, Palembang, dan Surabaya saya membuat rencana keuangan keluarga untuk sepuluh dan dua puluh tahun mendatang," tuturnya.


"Kala itu memang penghasilan tidak begitu tinggi seperti zaman sebelum kejatuhan Pak Harto. Kalau tidak salah kurs rupiah dengan mata uang dolar Amerika masih berkisar antara Rp 300-Rp 350 per dolarnya. Kami, saya dan suami, membuat rencana ini agar dapat studi S-2 ke USA," imbuhnya pula.


Lebih lanjut ia menuturkan, "Saat itu anak kempat kami akan segera lahir dan saya bekerja di Jakarta tetapi tinggal di Bandung, namun planning untuk mengadakan saving atau tabungan yang kami inginkan harus jalan terus agar cita-cita studi ke Amerika berhasil."


Untung saja rupiah masih dapat dikatakan stabil saat itu, walaupun inflasi masih dalam kisaran 8 hingga 10%, sehingga mereka masih dapat menabung dari bulan kebulan hingga pada suatu saat jumlahnya sudah mencukupi. "Maka kami berangkat untuk program S-2. Nilai tabungan ini sebenarnya tidak begitu banyak, namun bertambah dari bulan kebulan secara konsisten. Sifat menabung secara konsisten inilah yang mendaratkan kami untuk studi dan bermukim di negara Paman Sam," ujar Amani.


Pada saat itu memang belum kita kenal apa yang ada saat ini yang disebut electronic spreadsheet seperti Lotus 123 atau Excel, yang ada dulu adalah manual spreadsheet yaitu lembaran kertas yang penuh dengan kolom atau lajur. Untuk mengisi lajur ini, diperlukan kalkulator manual untuk menjumlahkan angka-angka.


Dulu masih menggunakan lajur yang dibuat secara manual guna membukukan transaksi-transaksi dan dalam kesempatan itu pula, baik di pesawat maupun di hotel, Amani gunakan keahlian memakai lajur ini dengan bantuan manual kalkulator untuk membuat apa yang disebut family budget dan family cash flow, kedua laporan ini tentu nanti akan dapat membantu kita dalam menentukan jumlah tabungan yang diinginkan setiap bulan dan jumlah tabungan setelah lima tahun atau setelah sepuluh tahun dan seterusnya.


Family financial managementyang dimaksudkan di sini adalah bagaimana mengelola secara efektif pendapatan atau income yang terbatas dengan pengeluaran biaya keluarga yang sangat minim ditambah lagi dengan pengeluaran tidak terduga seperti tuppak, bantuan untuk keluarga pihak istri dan pihak suami namun masih menghasilkan sedikit tabungan atau saving.


Hal ini merupakan suatu dilema di negara yang tingkat inflasinya melebihi dari 12% satu tahun seperti Indonesia. Kalau tingkat inflasinya sudah di atas 12% setahun, itu adalah tidak eknomis lagi menabung uang di bank yang walaupun bunganya 15% per tahun karena pendapatan atas hasil bunga tentu akan dikenakan pajak pendapatan sebanyak 30%. Dengan kata lain, walaupun secara kuantitas nilainya bertambah, nilai rupiah tersebut jika dikonversikan dengan dolar Amerika akan menghasilkan nilai yang sama, jadi uang itu dalam dolar Amerika tidak akan bertambah.


Andrian Harefa, yang mengasuh konsultasi perencanaan keuangan Indonesia School of Life (ISOL), berkata, "Tidak pernah Anda mengatakan bahwa 'ayo kita pergi ke laut dan menginap di sana dan menghabiskan Rp 5 juta'. Akan tetapi, mereka akan mencoba untuk mencari tempat yang sesuai dan tinggal di sana untuk beberapa hari dan kemudian mencari berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk itu semua."


"Perencanaan keuangan seharusnya juga seperti itu," imbuhnya pula. Lebih lanjut ia menjelaskan, "Dimulai dengan sebuah keinginan yang terlihat nyata dan menghitung berapa kebutuhan untuk mencapainya."


Sebuah liburan yang terbaik adalah di saat Anda dapat menikmati tenangnya dan kecerian selama liburan. Demikian pula dengan perencanaan pendidikan anak Anda. Seharusnya semua itu sejalan dengan keinginan anak sehingga bukan hanya anak akan bertambah ilmu, tapi juga bertumbuh menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan bangsa.


Mencapai tujuan keuangan seperti halnya pendidikan anak, tidak hanya segi materinya saja di mana Anda dapat mengeluarkan biayanya setiap semesternya, pendidikan juga harus menjadi kesenangan bagi Anda di mana anak baru saja mendapat berita bahwa ia diterima di sekolah yang diinginkannya.


Memang ada faktor lain yang menghalangi kebanyakan keluarga untuk merencanakan jumlah tabungan adalah faktor eksternal dari sistem keluarga di Indonesia yang disebut extended family, yaitu bantuan-bantuan kepada anggota keluarga dari kedua belah pihak. Faktor tersebut di atas merupakan hasil dari gagalnya sistem ekonomi negara yang bersangkutan. Kegagalan ini telah menimbulkan tingginya pengangguran dan disguise unemployment atau pengangguran yang tidak kelihatan.


**


UNTUK mengantisipasi terjadinya pasang surut dalam arus kas, perencanaan keuangan dapat membantu seseorang untuk lebih mengerti dan membantu dalam menyusun strategi untuk menghadapi kebutuhan hidupnya di masa-masa mendatang. Selain itu, perencanaan keuangan juga akan dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih realistis tentang kebutuhan hidupnya, termasuk dalam merencanakan pengeluaran sesuai dengan kemampuan keuangannya.


Perencanaan keuangan adalah seni sekaligus ilmu yang harus ditekuni terus-menerus dalam menghadapi kejadian-kejadian pada kehidupan ini. Berkaitan dengan itu, dalam perencanaan keuangan terdapat beberapa hal yang harus dipahami dengan benar, agar dapat memetik manfaat dari perencanaan yang dilakukan dengan cermat dan bijaksana.


Beberapa hal itu adalah, pertama, seseorang perlu memperkirakan kondisi finansial yang dimilikinya saat ini. Artinya, kita harus mulai menginventarisasi aset secara cermat, seperti deposito di bank, reksadana, emas, maupun properti berupa tanah, apartemen, rumah, vila, kebun, dan sebagainya.


Selanjutnya, setelah semua aset terinventarisasi dengan baik maka dilakukan penjumlahan seluruh nilai aset tersebut. Total nilai aset yang telah dimiliki ini, kemudian dikurangi dengan nilai pinjaman atau kewajiban-kewajiban keuangan lainnya jika ada. Berkaitan dengan inventarisasi aset ini maka harus pula dilakukan perhitungan serta perkiraan tingkat pendapatan dan pengeluaran.


Tahap selanjutnya adalah harus mulai menentukan target keuangan. Dalam hal ini, seseorang boleh saja memiliki lebih dari satu target. Target yang akan ditetapkan tersebut akan menjadi lebih berarti dan memberikan motivasi apabila target tersebut dapat dibayangkan atau divisualisasikan. Sebut saja, Anda dapat menentukan target untuk tamasya ke luar negeri bersama keluarga pada tahun depan, atau menyekolahkan anak di Harvard University 15 tahun dari sekarang.


Target yang lebih lama lagi adalah bagaimana menentukan gaya hidup pada saat memasuki masa pensiun. Untuk itu, tidak ada salahnya bila meluangkan waktu sehari atau dua hari untuk mencatat semua yang diinginkan dalam hidup ini. Target yang telah disusun itu harus pula dapat diukur dengan memperkirakan biaya yang diperlukan untuk mencapai target tersebut dan kapan akan dicapai.


Perlu pula ditentukan, apabila ada kekurangan, arus kas pada masa depan untuk mencapai target tersebut yang juga disebut dengan kesenjangan finansial. Biasanya pada masa muda, arus kas seseorang memiliki kelebihan dibanding kebutuhan yang ada. Namun, pada usia pertengahan dan pensiun akan ada kesenjangan lagi.


Dengan telah dapat diperkirakannya besar kesenjangan finansial yang bakal terjadi maka pada tahap selanjutnya dapat dilakukan perencanaan untuk menutup kesenjangan tersebut. Anda dapat mulai merencanakan penempatan dana/aset yang ada sekarang maupun pendapatan di masa depan untuk memenuhi kesenjangan tersebut.


Sebagai panduan untuk menutup kebutuhan atau kesenjangan dalam jangka pendek, sebaiknya dana atau aset tersebut ditempatkan pada aset yang bersifat likuid seperti deposito. Sementara itu, untuk menutup berbagai kebutuhan maupun kesenjangan finansial jangka panjang, dapat memanfaatkan aset jangka panjang seperti reksadana yang sering punya potensi untuk memberikan hasil yang lebih tinggi dalam jangka panjang.


**


"DALAM menjalani kehidupan, setiap individu pasti akan melalui berbagai tahap yang penting. Tahap-tahap itu misalnya, masa belajar, mencari pekerjaan, memasuki jenjang perkawinan dan membangun rumah tangga, memiliki rumah sendiri, membesarkan putra-putri, merawat orang tua, hingga memasuki masa pensiun," ujar psikolog Dra. Eko Rini Kuntowati.


Dalam setiap tahapan tersebut, pendapatan, tabungan, dan pengeluaran setiap individu akan mengalami perubahan serta pasang surut. Suatu saat, dalam hidup seseorang akan pernah mengalami kelebihan atau sebaliknya kekurangan dalam arus kasnya. Seseorang pasti harus mengeluarkan biaya hidup dengan prioritas berbeda-beda. Hal ini tentunya menuntut perencanaan keuangan yang matang agar pendapatan dan pengeluaran senantiasa seimbang dan target yang diharapkan di hari kemudian dapat tercapai.


Seorang profesional muda yang saat masih hidup lajang mungkin punya pendapatan yang cukup untuk menunjang gaya hidupnya yang mewah. Namun, saat memulai membangun rumah tangga dan harus mulai membesarkan serta menyediakan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya maka tingkat pengeluarannya otomatis akan mengalami peningkatan," tutur Rini.


Yang terpenting dalam perencanaan menurut Rini adalah konsistensi, mengikuti tahap perkembangan yang realistis (lengkapnya lihat boks), tidak memaksakan diri (sesuai potensi masing-masing individu yang menjadi anggota keluarga) dengan mempertimbangkan harapan dan konsekuensi yang senantiasa didiskusikan, memperhatikan kondisi fisik yang erat kaitannya dengan tahap perkembangan, tidak membuat target terlalu jauh loncatannya, adanya reward dan punishment yang jelas sebagai kontrol (kontrol yang terbaik adalah diri sendiri dengan belajar yang efektif, yaitu memberi pengertian).


Sementara itu, menurut aktivis perempuan, Diah Nurwitasari, Ing., setiap perempuan atau kepala keluarga sudah sepatutnya punya program hidup yang jelas, proposional dan tidak melampui batas kemampuan diri atau keluarga.


Sebagai contoh, katanya, kita baru saja menjalani ibadah Ramadan. Lalu, apa program hidup setelah Ramadan? Kalau ketika Ramadan kita rajin membaca Alquran, bangun tengah malam, salat tepat waktu, ber-akhlaqul karimah, apakah pada pasca-Ramadan seperti saat tahun 2004 ini kita juga seperti saat Ramadan? Apakah sekarang kita juga rajin baca Alquran, bangun tengah malam, salat tepat waktu, dan ber-akhlaqul karimah?


"Pertanyaan ini sepatutnya mendasari benak kita sebelum menyusun konsep atau program kerja, ya, mungkin program untuk tiga bulan ke depan," ujar Diah, yang diamanahkan sebagai caleg dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kab. Bandung ini. Lalu, bagaimana dengan program hidup yang berkaitan dengan kepentingan umum?


Diah mengemukakan programnya itu berkaitan dengan ikhtiar untuk menjadi anggota legislatif. Dengan begitu, diharapkan kelak mampu membawa aspirasi masyarakat, terutama kaum perempuan, ke forum yang penting dan konstitusional, yakni DPRD.


Hal senada dikemukakan pula oleh pengamat pendidikan -- yang juga punya program tiga bulan ke depan sebagai calon legislatif dari unsur DPD (Dewan Perwakilan Daerah-red.) -- yaitu H. Nanang Iskandar Ma'soem, S.E., M.S. Menurut Nanang, program jangka panjangnya selama tiga bulan ini adalah menyadarkan masyarakat tentang perlunya memilih anggota legislatif yang berkualitas, tidak punya "cacat masa silam" atau tergolong sebagai "politisi hitam" dan memiliki spesialisasi di bidang tertentu.


Sementara itu, bagi Drs. Achlan Husen (Ketua Umum Badan Musyawarah Perguruan Swasta/BMPS Jabar-red.), program hidupnya antara lain ingin mengubah citra pendidikan di Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Kenapa? Alasannya, kita tahu pendidikan masih terpuruk dalam berbagai aspeknya.


"Namun, keterpurukan ini jangan hanya diratapi dan ditangisi saja, melainkan mesti dicarikan solusinya," ujar Achlan Husen.


**


MENURUT Prof. Dr. H. Tb. Hasanuddin, M.Sc., A.P. (Direktur Akuntan Publik Bandung-red.) ada beberapa hal yang patut dicatat dari realita tahun 2003.


Disebutkannya, antara lain adanya stabilitas harga, inflasi relatif stabil, adanya investasi pinjaman yang bermakna ada pemasukan dana dari luar yang kita terima, tumbuhnya faktor-faktor ekonomi riil, dan adanya keinginan dari para penjarah ekonomi untuk membayar utang. Selain itu, adanya kestabilan kurs dolar. Jadi semua ini menunjukkan suatu kondisi ekonomi untuk melangkah lebih jauh dan setidaknya pada 2003 perekonomian cukup stabil.


Di sisi lain, pada 2003 ada kecenderungan umat Islam untuk menyadari pentingnya ekonomi syariah sehingga banyak berdiri perbankan berdasarkan syariah. Ini juga merupakan suatu pertumbuhan ekonomi dalam kerangka syariah dan mencerminkan kurang percayanya umat terhadap ekonomi kapitalis.


"Pada 2003, kita juga bisa memetik pelajaran adanya perbankan konvensional yang tidak professional dan amanah sehingga banyak yang hancur. Akibat dari KKN dan ekonomi kapitalis, tak aneh kalau bangsa kita sekarang ini punya utang mencapai Rp 2.000,5 triliun. Ini suatu angka yang luar biasa dan harus ditanggung oleh APBN. Lalu, entah berapa lama untuk melunasinya," ujar Hasanuddin.


Pengamat politik Islam, Dr. H.C. Mursalin Dahlan memiliki harapan dan target lebih luas. "Sebagaimana tahun 2003 yang pada awalnya, kita prediksi dengan harapan berbunga-bunga, ternyata sampai akhir tahun 2003 harapan yang berbunga-bunga itu tidak wujud menjadi buah. Ibaratnya, peribahasa gugur sebelum berbuah. Itulah gambaran harapan pembangunan kembali ekonomi, pemberantasan KKN, penegakan hukum dan HAM, dan masalah tenaga kerja, terutama tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri.


Juga ada masalah perbankan, serta 1001 macam lagi masalah lainnya. "Dengan fakta ini, apakah kita masih percaya diri untuk menjalani program hidup di bidang politik? Ini harus kita jawab, lewat perumusan program yang jelas dan terukur serta proposional," ujar Mursalin.


Diharapkannya, bagaimanapun kita harus punya program aktivitas politik agar pemilu dapat berlangsung sesuai dengan rencana. Alasannya, suksesnya pemilu merupakan salah satu solusi untuk lima tahun ke depan dalam mengatasi krisis multidimensional yang melanda negara Indonesia. Lebih dari itu, para pemimpin dan segenap rakyat harus punya program bertaubat kepada Allah SWT. "Jika tidak, pertolongan dan rida Allah SWT tidak akan pernah datang. Bila demikian, kesuksesan yang diharapkan, bak peribahasa jauh panggang dari api," tutur Mursalin.


EYP/Aji/"PR"-Jihad/J

Tidak ada komentar:

Tips Bicara Bijak